Udang
galah merupakan jenis udang air
tawar yang telah lama dipelajari dan
dikembangkan sebagai komoditas perikanan air tawar yang mempunyai nilai
ekonomis penting. Udang galah tumbuh dan berkembang di sungai-sungai besar di wilayah
Indonesia, seperti sungai Musi, Asahan, Barito dan Mahakam. Namun sekarang ini udang galah semakin susah
ditemukan di alam akibat adanya penangkapan yang kurang memperhatikan kelestarian
sumberdayanya.
Permintaan
udang galah yang terus meningkat dan disertai dengan berkurangnya pasokan udang
galah yang berasal dari alam mendorong berkembangnya usaha budidaya udang
galah. Pembesaran udang galah dapat dilakukan secara tradisional
pada kolam-kolam tadah hujan, kolam semi
intensif maupun kolam intensif . selain itu, Pembesaran udang galah juga dapat dilakukan bersama padi
di lahan persawahan dengan sebutan UGADI yang merupakan kependekan dari Udang
Galah bersama Padi.
Udang
galah mempunyai karakteristik tingginya variasi pada saat pembesaran. Variasi
ukuran pada udang galah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
faktor genetik, stuktur sosial dan faktor lingkungan (Ra’anan. 1991). Variasi
ukuran pada udang galah jantan mempengaruhi
terbentuknya beberapa tipe berdasarkan perbedaan morfologinya atau morfotipe.
Menurut Kuris et.al. (1987),
morfotipe udang galah jantan dibedakan menjadi tiga morfotipe yang mempengaruhi
tingkah laku dan tingkat pertumbuhannya.
Morfotipe udang galah jantan dapat dibedakan menjadi udang galah capit
biru (blue claw/BC), capit oranye (oranye claw/OC) dan udang galah jantan kecil (small male/SM). Udang galah BC mempunyai
pertumbuhan lambat, OC mempunyai pertumbuhan cepat dan SM pertumbuhan lambat
(Ra’anan. 1982; Sagi, Milner, dan Cohen 1988; Krettiawan, Sopian dan Anggraeni.
2013).
Variasi
ukuran pada udang galah sangat mempengaruhi lama waktu pemanenan, harga jual dan sistem
budidaya yang terapkan. Harga udang galah
di tingkat pembudidaya saat ini berkisar antara Rp 70.000 – Rp 130.000 per
kg, tergantung pada ukurannya. Semakin
besar ukuran udang, semakin tinggi harganya. Ukuran udang galah ditentukan berdasarkan jumlah
udang dalam ukuran bobot satu kilogram. Ukuran udang galah umumnya terdiri dari
ukuran besar (kurang dari 30 ekor/Kg), ukuran medium (30-40 ekor/Kg); dan ukuran
kecil (40-60 ekor/Kg). Ukuran besar juga
masih bisa dikategorikan lagi menjadi Ukuran Besar Super (10-15 ekor/Kg),
dan Besar Biasa (20-30 ekor/Kg). Udang
Galah dapat dipanen setelah kurang lebih 4-6 bulan masa pembesaran atau setelah
mencapai ukuran yang di inginkan oleh permintaan pasar dengan ukuran minimal
30-40 (40 ekor/Kg).
Ukuran
udang galah pada saat panen bervariasi baik pada populasi jantan maupun betina. Variasi berdasarkan ukuran tersebut sangat
mudah dikenali secara visual dikarenakan kisaran ukuran dalam populasi yang
cukup lebar . Visualisasi variasi ukuran
udang galah jantan dan betina pada fase pembesaran seperti terlihat pada Gambar
1.
Variasi
pertumbuhan merupakan karakteristik dari udang galah terutama pada fase pembesaran. Distribusi ukuran relatif sama pada populasi
udang sebelum dewasa, namun setelah
dewasa, distribusi ukuran menjadi sangat berbeda (Ra’anan., et al. 1991;
Ranjeet dan Kurup 2002). Laju pertumbuhan udang secara internal
bergantung pada kelancaran proses ganti kulit. Pertumbuhan udang galah merupakan serangkaian proses
yang menyebabkan peningkatan biomas sebagai hasil dari transformasi materi dan
energi pakan menjadi biomasa tubuh udang (Allen., et al. 1984).
Ukuran
pasar udang galah terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu : ukuran besar (10 -30
ekor/kg), medium (30 – 40 ekor/kg) dan kecil (40 – 60 ekor/kg) sedangkan ukuran
diatas 60 ekor/kg adalah ukuran Afkir.
Ukuran besar masih bisa dibagi menjadi dua kelompok yaitu ukuran super dan
biasa. Proporsi pengelompokkan ukuran pasar berdasarkan bobot udang galah pada
saat panen dengan lama pemeliharaan 90 hari masih didominasi oleh ukuran kecil
dan afkir. Proporsi udang galah besar
jantan lebih banyak dari pada betina. Ukuran medium dan kecil didominasi oleh
udang betina, namun ukuran afkir didominasi oleh udang galah jantan . Populasi udang galah jantan memiliki proporsi
ukuran besar sebanyak 7,66%, ukuran medium sebanyak 12,31%, ukuran kecil sebanyak
19,35 dan ukuran afkir sebanyak 60,69%, sehingga proporsi terbanyak pada
populasi jantan adalah ukuran afkir. Sedangkan pada populasi betina, proporsi
ukuran besar sebanyak 2,50%, ukuran medium sebanyak 22,63%, ukuran kecil sebanyak
50,79% dan ukuran afkir sebanyak 24,08%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada populasi betina proporsi terbanyak adalah
ukuran kecil seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Variasi ukuran udang galah pada populasi jantan dan betina pada saat panen dengan masa pemeliharaan selama 90 hari |
Ukuran
udang galah jantan mempunyai karakter pertumbuhan yang berbeda dibandingkan
dengan betina. Pertumbuhan udang galah berkaitan erat dengan status
morfotipenya. Udang galah jantan kecil (small
male/SM) mempunyai tingkat pertumbuhan yang lambat dibandingkan udang galah
jantan kecil yang berubah menjadi udang galah capit oranye (oranye claw/OC ) di sisi lain udang
galah capit biru (blue claw/BC) berganti
kulit/moulting tidak teratur sehingga mengalami pertumbuhan
yang lambat. Pertumbuhan udang galah secara individu selama fase OC mengalami
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan udang galah SM dan BC
(Ra’anan. et.al.1991). Hal ini yang
menyebabkan udang galah jantan ukuran besar 7.66% sedangkan udang galah jantan kecil mencapai 50.79%.
Sedangkan
pada udang galah betina, tingkat pertumbuhan udang galah betina yang belum
matang gonad relatif tinggi dan setelah matang gonad tingkat pertumbuhan sangat
lambat tetapi tidak berhenti sementara
udang galah betina yang masih kecil dapat terus tumbuh sampai mendekati
ukuran udang galah betina dewasa, dengan demikian Variasi ukuran pada udang
galah betina dapat berkurang seiring waktu pemeliharaan (Ra’anan. et.al. 1991). Hal ini yang menyebabkan
udang galah betina ukuran besar hanya 2,50%, sementara udang galah ukuran
medium dan kecil yang sedang tumbuh mempunyai persentase relatif besar.
Berdasarkan
hasil kegiatan tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam budidaya udang
galah. Penerapan budidaya udang galah dengan pola panen selektif dapat memberikan
keuntungan yang lebih besar karena udang
galah jantan yang berukuran kecil dapat tumbuh mencapai ukuran besar. Sedangkan
untuk menghasilkan udang galah ukuran panen yang seragam dapat menggunakan pola
budidaya udang galah monosex.
DAFTAR
PUSTAKA
Allen
PG, Botsford CW, Schuur AM, Johnston WE. 1984.
Bioeconomics Aquaculture. Amsterdam: Elsevier.
Krettiawan H,
Sopian A dan Anggraeni F. 2013. Variasi Pertumbuhan pada Udang Galah. Buletin BPPI 1 :11
Kuris AM, Ra’anan Z, Sagi A and Cohen
D. 1987.
Morphotypic differentiation of male Malaysian giant prawns, Macrobrachium rosenbergii. Journal of
Crustacean Biology 7 219–237.
Ra’anan Z. 1982.
The Ontogeny of Social Structure in the Freshwater Prawn Macrobrachium rosenbergii (de Man). PhD. Thesis.
Life Science Institute. The Hebrew University of Jerusalem, Israel
Ra’anan
Z, Sagi A, Wax Y, Karplus I, Hulata G, and Kuris A. 1991.
Growth, Size Rank, and Maturation of the Freshwater Prawn, Macrobrachium rosenbergii: Analysis of
Marked Prawns in an Experimental Population. Bid. Bull. 181: 379-386.
Ranjeet K and
Kurup BM. 2002. Heterogeneous Individual Growth of Macrobrachium
rosenbergii Male Morphotypes. Naga,
The ICLARM Quarterly Vol. 25, No. 2
Sagi A, Milner Y, and Cohen D. 1988.
Spermatogenesis and Sperm Storage in the Testes of the Behaviorally
Distinctive Male Morphotypes of Macrobrachium
rosenbergii (Decapoda, Palaemonidae). Biol. Bull. 174: 330-336
Tidak ada komentar:
Posting Komentar